Rabu, 21 April 2010

Sebuah Pengakuan


Berada dalam jeratan narkoba adalah sebuah takdir yang tertolak. Walau hanya keingintahuan yang menyeret langkah ke dalamnya tapi tak ada yang mampu berlari. Apa yang mampu dilakukan diri dan jiwa saat tekanan Si narkoba begitu kuat? Apatah lagi jika yang bertingkah bukanlah otak tapi badan.Berawal dari sebuah program baru yang diperkenalkan orang tuanya, Renal (nama samaran) pun mencoba ikut dalam terapi metadon yaitu terapi untuk pengguna napza suntik. Yang mana metadon itu sendiri adalah sebuah opiat sintetik. Kurang lebih 2 tahun dia mengikuti terapi ini dan hasilnya luar biasa terutama pada perubahan perilaku. Tak ada tujuan lain ikut dalam terapi ini selain keinginan untuk lepas dari jeratan narkoba.
“Seandainya raenkarnasi itu ada, aku pasti orang pertama yang mendaftar. Walau aku harus terlahir kembali sebagai seorang abnormal atau bodoh daripada sok tahu akhirnya beginilah diriku. Ingin sekali rasanya aku kembali menjadi anak kecil yang belum tahu apa. tidak kenal narkoba dan perilaku buruk lainnya. Polos. Tapi, yah sudahlah sepertilah aku sekarang.”Sebuah pengakuan polos yang menyentuh. Hanya sebuah keinginan yang mungkin kecil tapi maknanya luar biasa. Tak muluk-muluk ia meminta kemewahan dan ketenaran hanya kesucian jiwa raga dari noda hitam setan dalam narkoba. Walau jeratan itu kuat mengekang tapi tak memupuskan keinginan belajarnya. Jalur akademik yang ditempuh telah di ambang sarjana meski sakit karena narkoba mengiringinya dari bangu SMP.
Benarlah firman Allah yang mengatakan bahwa segala perbuatan itu akan mendapat ganjaran yang setimpal. Tapi yakinlah bahwa pintu tobatNya Maha Luas.





1 komentar:

arieska arief (@_@) mengatakan...

anietoz,, manami cerpenmu yang mau ko kasi masuk ke lomba rohto?! kirim bareng yuk...